Minggu, 15 April 2012

[Sosial] Generasi Instant Pemuja Kesenangan

"Kita usahakan agar mereka tidak merasa terjajah, baik secara pemikiran maupun tingkah laku.  Sehingga, satu saaat mereka akan sadar uang dan sadar waktu"  demikian kata seorang pengurus Komunitas Anak Langit di Tangerang saat diliput oleh sebuah stasiun TV Swasta.  Komunitas ini memperhatikan dan mengurusi anak-anak jalanan di daerah Tangerang dan sekitarnya.  Mereka bermarkas di bantaran kali Cisadane, dalam bangunan kayu nan sederhana.  Kata-kata yang diucapkan kakak pengurus komunitas tersebut mengingatkan kita pada anak-anak yang seringkali menyambangi warnet-warnet yang ada games online-nya.  Games online seperti Ragnarok, Cross Fire, Counter Strike, Point Blank, Audition Ayodance, Warcraft III dan sebagainya memang sangat digemari oleh anak-anak SD dan SMP, bahkan SMA.  Bahkan ada diantara mereka yang hampir setiap hari menyambangi warnet-warnet tersebut untuk bermain.   Sampai para operator, termasuk yang belum lama bekerja di warnet-warnet itu, bisa segera hafal nama, muka dan karakter mereka.  Tidak tanggung-tanggung pula, terkadang ada diantara mereka yang bisa menghabiskan waktu antara 3 sampai 5 jam sekali main.  Seakan-akan, permainan-permainan online itu telah menjadi kebutuhan paling utama dalam hidup mereka. 

Anak-anak itu seakan tidak sabar dan sulit menahan hasrat untuk segera memainkan permainan virtual yang ada di computer-computer tersebut.  Mereka terkadang datang masih dengan pakaian seragam sekolah.  Seakan ada deep and powerfull sense of urgency dalam diri mereka untuk segera melarutkan diri ke dalam "dunia lain" yang ada dalam komputer-komputer tersebut.  Apabila belum kebagian giliran main, mereka terus menerus bertanya pada operator kapan komputer nomor sekian dan sekian selesai.  Tidak peduli apakah si operator sedang senggang sehingga mudah mengecek computer tertentu atau sedang sangat sibuk melayani klien lain yang minta print out dan sebagainya.  Seakan tidak ada sedikitpun tenggang rasa pada operator yang sedang kerepotan dengan permintaan klien warnet yang lain.  Entah apakah yang seperti itu sudah sampai ke tingkat yang sama dengan “sakaw" karena ketagihan narkotika atau belum. 

Keluarga dan sekolah bahkan kegiatan ibadah keagamaan serta hal-hal lain yang sesungguhnya lebih bermanfaat seakan-akan tidak menjadi prioritas dalam kehidupan mereka.  Ada yang pagi sebelum masuk sekolah siang sudah tenggelam dalam permainan itu dan sorenya balik lagi ke warnet untuk main lagi.  Ada juga yang sampai bolos dan lebih memilih main games online daripada belajar di sekolah.  Ada pula yang malah main beberapa jam padahal sudah hampir masuk waktu sholat yang relative singkat seperti Maghrib.  Sudah hampir dipastikan, waktu sholat saat itu akan terlewatkan.  Yang lebih menyedihkan lagi, terlewatnya waktu sholat wajib itu seakan akan dilalui tanpa ada rasa berdosa atau bersalah sedikitpun.  Yang penting bagi mereka, main games online jalan terus.  Terkadang, ada orang tua yang bahkan sampai menelepon atau mendatangi warnet-warnet tersebut untuk mencari anaknya. 

Yang tidak kalah memperihatinkan adalah adalah tingkah laku dan akhlak mereka.  Entah apakah kekasaran itu karena games-games online yang sebagiannya penuh kekerasan itu atau lebih karena pengaruh lingkungan.  Anak anak itu seakan belum puas kalau belum membodoh-bodohi teman-teman mereka.  Kata-kata kasar seperti (maaf) dongo, bego, goblok dan yang serupa dilontarkan tanpa ada beban moral sama sekali.  Nama-nama penghuni kebon binatang dan nama benda yang (maaf) dibuang orang sebagai sisa metabolisme tubuh seringkali pula terlontar dari mulut kecil mereka.  Semua itu seakan terlontar tanpa beban sama sekali.  Bahkan terkadang ada juga yang sampai berkelahi di dalam atau sekitar warnet.

Bercermin dari refleksi yang dikemukakan kakak pengurus komunitas Anak Langit di awal tulisan ini, anak-anak penggemar game online itu sangat mungkin termasuk mereka yang terjajah baik secara pemikiran maupun tingkah laku.  Mereka bisa jadi termasuk yang terintimidasi baik oleh anak yang lebih besar atau bahkan orang dewasa.  Mereka pun sangat mungkin terintimidasi oleh prestasi akademik mereka sendiri, pada nilai-nilai yang mereka dapatkan di sekolah.  Tentu sulit bagi kita mengharapkan mereka akan mampu berkonsentrasi dan menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah.  Sangat mungkin saat berada di kelas, pikiran dan jiwa mereka justru terpatri di warnet.  Mereka mungkin lebih memikirkan bagaimana agar bisa memenangkan permainan-permainan elektronik itu daripada berkonsentrasi dan menyimak pelajaran di sekolah. 

Hal itu bisa menyebabkan terjadinya vicious circle atau lingkaran setan yang tidak berkesudahan.  Saat prestasi akademis mereka menurun, mereka pun semakin merasa tertekan baik oleh sekolah, keluarga maupun masyarakat.  Dan pelarian dari ketidaknyamanan emosional akibat perasaan terjajah itu apa lagi jika bukan permainan games online yang biasa mereka mainkan.  Saat bermain itulah mereka merasakan kelegaan sesaat dari berbagai tekanan.  Baik yang timbul tuntutan atas prestasi akademik atau dari berbagai intimidasi mereka yang lebih dewasa.  Dalam dunia yang "lain" itu mereka dapat menjadi tentara-tentara yang gagah dengan senjata mematikan di tangan.  Kehidupan sehari-hari, yang mungkin kurang menyenangkan bagi mereka, terlupakan sudah saat tenggelam dalam permainan itu.  Mungkin hanya di "dunia lain" itulah mereka merasa dipahami, dihargai dan diberi cukup apresiasi. 

Steven Covey, penulis buku laris The 7 Habits of Highly Effective People dan The 8th Habit, menyatakan bahwa kebutuhan jiwa untuk dipahami secara empatik sama pentingnya seperti oksigen bagi tubuh manusia.  Arvan Pradiyansyah, penulis buku You are not Alone dan beberapa buku laris lainnya, mengatakan bahwa kebutuhan emosional tertinggi manusia adalah dipahami.  Anak-anak yang merasa terjajah dan terintimidasi, yang tidak merasa dipahami dengan baik dan tidak cukup dihargai akan mencari pelarian dan pelampiasan.  Salah satu bentuk pelampiasan itu adalah dengan bermain games online.   

Anak anak adalah cermin, cermin dari kehidupan itu sendiri. Mungkin banyak diantara kita yang masih ingat dengan dongeng Emperor's New Clothes atau Baju Baru sang Kaisar.  Seorang Kaisar yang senang berganti-ganti baju kebesaran suatu ketika ditipu dua orang penipu.  Mereka mengatakan bahwa pakaian yang akan mereka buat hanya bisa dilihat orang pintar dan cerdas.  Pada saat dipamerkan, seorang anak berteriak dan mengatakan bahwa sang Kaisar telanjang.  Tingkah laku anak-anak di warnet itu seakan menelanjangi kita semua akan tingkah laku kita sendiri.  Tinggal kini apakah kita akan jujur dengan apa yang terefleksikan dari cermin cermin kecil itu ataukah kita akan terus bersembunyi di balik sejuta satu dalih yang muncul dari ego dan pikiran kita sendiri. 

Children, little children
we've tried to do our best
we are, little children,
we make mistake like all the rest

Selasa, 10 April 2012

[Dunia Ghoib] Sihir dan Interaksi Energi bagian 1

Salah satu dosa besar yang bisa mencelakan pelakunya di dunia dan akhirat adalah sihir.  Sihir adalah sejenis interaksi energi.  Tidak speerti mukjizat, karamah ataupun maunah, sihir bisa dipelajari, dilatih dan dipraktekkan.  Namun, semua itu tentu ada persyaratan yagn harus dipenuhi dan harga yang harus dibayar.  Orang yang ingi menjadi ahli sihir harus merendahkan dirinya pada para jin yang akan membantunya selama mempraktekkan sihir.  Dengan kata lain, si kandidat penyihir itu harus menyesuaikan vibrasi energinya dengan para jin.  Energi manusia tidak memungkinkan untuk melakukan sihir.  Bahkan, ketidakmampuan manusia melakukan sihir sesungguhnya adalah bukti kemuliaannya sebagai makhluk yang dipilih sebagai khalifah di muka bumi.  Namun, ego dan hawa nafsu manusia yang selalu ingin dipuaskan menyebabkan sebagian manusia bersekutu dengan jin untuk memperoleh keingannnya melalui jalan sihir.  Kalau di Nusantara ini ada istilah pesugihan, maka di Barat ada istilah "sell your soul to the Devil".  Cara merendahkan diri dan vibrasi energi tersebut antara lain membaca mantra-mantra tertentu, menggunakan jimat, melakukan ritual sesat dan lain sebagainya.  Dengan melakukan hal-hal tersebut, seorang calon ahli sihir telah merendahkan dirinya menjadi budak para jin tersebut. "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (Al-Jin 72:6)

Salah satu kisah para tukang sihir yang paling terkenal dalam sejarah adalah kisah para tukang sihir Firaun saat berhadapan dengan nabi Musa.  Para tukang sihir tersebut adalah bagian yang paling penting dalam pemerintahan firaun.  Merekalah yang membuat rakyat menganggap Firaun sebagai Tuhan sehingga untuk urusan gaji, tunjangan dan kesejahteraan tentu saja mereka dapat yang paling banyak dan paling menyenangkan.  Namun, sesudah dikalahkan oleh Nabi Musa, melalui mukjizat beliau yang terjadi atas izin Allah SWT, para tukang sihir itu pun tunduk.  Mereka juga menyatakan keimanan mereka pada Allah SWT dan mengakui Musa AS sebagai Nabi. Mereka pun sama sekali tidak takut pada ancaman Firaun. 

Apakah yang menyebabkan mereka serta merta meninggalkan profesi paling bergengsi dalam pemerintahan Firaun tersebut, meninggalkan semua fasilitas mewah yang disediakan dan dengan gagah berani menghadapi hukuman mengerikan yang ditimpakan pada mereka? Di luar faktor hidayah yang memang merupakan hak prerogatif Allah SWT, ada faktor penting yang bisa menjadi motivasi mereka meninggalkan profesi terkutuk tersbut.  Saat berhadapan dengan Nabi Musa, mereka menyadari bahwa yang ditunjukkan Nabi Musa adalah benar mukjizat dan bukanlah sihir.  Mereka bisa merasakan perbedaan energi antara mukjizat Nabi Musa dan sihir mereka sendiri.  Biasanya, orang-orang yang menjadi ahli sihir adalah mereka yang peka terhadap perubahan energi, baik faktor bakat ataupun karena latihan.  Pengunduran diri para ahli sihir tersebut sangat mengguncangkan dan menggoyahkan kekuasaan dan kepercayaan diri Firaun. Ditambah lagi beragam bencana mengerikan yang melanda Mesir, Firaun pun tidak punya pilihan lain kecuali membiarkan Bani Israil meninggalkan negerinya. 

Ironisnya, kaum Bani Israil yang dibela Nabi Musa malah melestarikan sihir tersebut.  Sebagian dari mereka ada yang diam-diam membawa catatan-catatan ilmu sihir tersebut saat meninggalkan negeri Mesir.  Tentu dalam keadaan terburu-buru hendak melarikan diri keluar dari Mesir, Nabi Musa dan Nabi Harun tidak akan sempat melakukan razia terhadap catatan-catatan sihir tersebut.  Mereka harus segera keluar dari Negeri Mesir sebelum Firaun berubah pikiran.  Dan benar memang, setelah beberapa Bani Israil berjalan cukup jauh dari Mesir, Firaun pun memerintahkan tentaranya mengejar mereka.  Allah SWT pun memberikan pertolonganNYa hingga Nabi Musa, Nabi Harun dan Bani Israil selamat menyebarangi laut Merah sementara Firaun dan para tentaranya tenggelam di sana.

Keengganan Bani Israil untuk mengikuti Musa dan Harun serta mental terjajah mereka mulai terlihat saat mereka minta dibuatkan patung untuk disembah. Saat dalam perjalanan, mereka melihat sekelompok orang sedang menyembah berhala dan meminta Musa membuatkan bagi mereka berhala yang serupa.  Nabi Musa sangat marah mendengar permintaan itu. Marahnya seorang Rasul semata-mata karena Allah. Marah karena Tuhannya yang Mahasuci, dan dia cemburu kalau Tuhannya dipersekutukan oleh kaumnya! Maka,diamelontarkan perkataan yang sangat cocok untuk menampik permintaan yang aneh itu.   “Musa menjawab, ‘Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan).” (QS. Al-A’raf: 138).  Musa a.s. masih menerangkan kepada kaumnya akan buruknya akibat permintaan mereka itu, dengan menjelaskan akibat buruk yang bakal menimpa kaum yang melihat-lihat sedang menyembah berhala-berhala itu yang hendak mereka ikuti.  “Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akal batal apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 139).  Musa AS pun dengan tegas menolak permintaan tersebut dengan berkata “Musa menjawab, ‘Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS. Al-A’raf: 140).  Namun sayang, bukannya belajar dari teguran Nabi Musa, mereka malah terus berusaha mencari Tuhan selain Allah SWT. Saat Musa AS pergi ke gunung Sinai untuk menerima wahyu, kaumnya malah membuat patung anak sapi yang serupa dengan salah satu dewi pagan Mesir, Hathor.  Setelah selasai dibuat mereka pun bersuka ria, menari berputar-putar dan melampiaskan hawa nafsu mereka.  Akibat perbuatan dosa tersebut, Bani Israil pun selama bertahun-tahun hidup dalam penindasan bangsa-bangsa penyembah berhala seperti Assyiria, Babylonia dan Persia.  Kehidupan mereka menjadi berat dan mengenaskan, lebih dari saat ditindas Firaun di Mesir.  Mereka pun makin jauh tenggelam dalam kesesatan sehingga makin banyak diantara mereka yang menekuni dan mendalami ilmu-ilmu sihir.

Saat Nabi Sulaiman berkuasa sebagai seorang Raja, beliau melarang segala macam bentuk sihir.  Semua kitab sihir disita dan dikuburkan di bawah singgasana beliau sehingga jika ada setan dari golongan jin yang ingin mengambilnya, dia akan mati terbakar.  Selain faktor mukjizat, singgsana yang setiap hari diduduki Nabi Sulaiman tentu mengalami interaksi energi dengan pemiliknya.  Vibrasi energi di singgasana tersebut dan di ruangan tempatnya berada tentu tidak akan kondusif bagi makhluk-makhluk jahat bervibrasi energi rendah seperti jin.  Namun, sesudah Nabi Sulaiman wafat, para tukang sihir di kalangan Bani Israil dengan bantuan kaum jin, bisa mengambil kembali catatan-catatan sihir tersebut dan mengembangkan ilmu sihir di kalangan mereka.  Sihir warisan bangsa Mesir Kuno tersebut dikembangkan sehingga menjadi cikal bakal ajaran Kabbalah, ajaran mistik kaum Bani Israil, yang hingga kini masih dipelajari sebagian kaum Yahudi. 

Bersambung